Minggu, 27 November 2011

BHAVA DALAM PATICCASAMUPPADA


Bhava merupakan faktor kesepuluh dari 12 (dua belas) mata rantai dalam Paticcasamuppada (hukum sebab musabab yang saling bergantungan). Seperti yang kita ketahui dalam pelajaran sebelumnya bahwa didalam agama Buddha tidak mengenal causa prima (sebab pertama), karena segala sesuatu yang ada di alam semesta ini terdapat segala sesuatu yang saling bergantungan yaitu adanya sebab dan juga akibat. Melihat dari hal ini maka sulit  sekali bagi kita  untuk memahami suatu peristiwa yang terjadi dalam  mencari dan mengetahui causa prima (sebab pertama) tetapi seperti apa yang telah dapat kita pahami dari Dhamma ajaran Sang Buddha dari 12 (dua belas) faktor mata rantai dalam paticcasamuppada kita tidak bisa berbicara mengenai sebab pertama dalam suatu peristiwa melainkan kita hanya bisa mencari dan mengetahui sebab terdekatnya dalam suatu peristiwa yang terjadi.
Dengan adanya bhava (penjadian) maka munculah jati (tumimbal lahir), bhava dalam paticcasamuppada dilambangkan sebagai seseorang yang sedang mengandung artinya adalah bhava dalam hal ini merupakan sesuatu proses yang mengakibatkan munculnya suatu mahluk baru atau lebih dikenal dengan dengan kata Jati (tumimbal lahir. Bhava yang menjadi sebab timbulnya Jati (tumimbal lahir) mempunyai 4 (empat ) macam pembawaan yaitu:
Lakkhanadicatukka kepunyaan Kamma-Bhava
  1. Ada perbuatan sebagai sifatnya.
  2. Ada perbuatan yang menimbulkan sebagai pekerjaan atau tugasnya.
  3. Ada perbuatan baik (kusala) dan perbuatan buruk (akusala) sebagai hasil
  4. Ada kemelekatan (upadana) sebagai sebab terdekat.

Lakkhanadicatukka kepunyaan Upatti-Bhava
  1. Ada akibat dari perbuatansebagai sifatnya (Kammaphala lakkhana)
  2. Ada menimbulkan sebagai perasaan (Bhavana rasa)
  3. Ada abyakata -dhamma sebagai hasilnya (Abyakata paccupatthana)
  4. Ada upadana sebagai sebab terdekat (Upadana padatthana)

Bhava yang menjadi sebab timbulnya penjadian (jati) adalah hanya kamma bhava , sebab kamma bhava menjadi penyebab timbunya Upatti-Bhava yaitu: Upatti-Bhava adalah Jati yaitu hanya merupakan hasil dari Kamma-Bhava. Bila dilihat dari Nama dan Rupa, Jati ada 2 macam, yaitu Nama-Jati (timbulnya Vipaka-Nama-Khanda 4) dan Rupa-Jati (timbulnya Kammajarupa)
Bila dilihat dari sisi masa (Kala), jati ada 3 yaitu:
  1. Patisandhi-Jati, adalah Patisandhi-Citta 19, Cetasika35, dan Kammajarupa yang timbul saat tumimbal lahir. Maksudnya adalah ketiga hal diatas sebagai yang pertama kali muncul dalam kehidupan baru dari semua makhluk setelah kematiannya.
  2. Santati-Jati adalah penerusan dari Citta Cetasika, dan Rupa dalam kehidupan. Maksudnya adalah Nama dan Rupa dari semua makhluk yang timbul sewaktu Patisandhi sampai akhir hidupnya.
  3. Khanika-Jati, adalah timbulnya satu persatu Khana dari Citta,Cetasika, dan Rupa. Citta dan Cetasika mempunyai 3 Anukhana dan Rupa mempunyai 51 Anukhana.

Jati yang dimaksud adalah Patisandhi-Jati sehingga Jati adalah Uppati-Bhava yang timbul karena ada Kamma-Bhava sebagai sebabnya. Jika tidak ada Kamma-Bhava sebagai sebab yang membantu, maka Uppati-Bhava (Jati) tidak akan muncul . Bhava yang dimaksud adalah Uppati-Bhava dan biasa dibagi menjadi 9 (sembilan) bhava , yaitu 3 bhava, khanda 3 bhava, Sanna 3 bhava.
Pembagian berdasarkan Bhumi ada 3 bhava yaitu:
  1. Kamma Bhava: makhluk yang tumimbal lahir dalam Kamma-Bhumi 11.
  2. Rupa-Bhava: Makhluk yang tumimbal lahir dalam Rupa-Bhumi 16.
  3. Arupa-Bhava: Makhluk yang tumimbal lahir dalam Arupa-Bhumi 4.

Pembagian berdasarkan Khanda ada 3 Bhava yaitu:
  1. Pancavokara-Bhava: Makhluk yang tumimbal lahir dengan disertai Khanda 5 (pancakhanda) yaitu makhluk  berada dalam Kamma-Bhumi 11 dan Rupa-Bhumi 15 (Annanasatta-Bhumi)
  2. Catuvokara-Bhava: Makhluk yang tumimbal lahir dengan diseretai Khanda 4 (tidak termasuk Rupa-Khanda), yaitu makhluk yang berada dalam Arupa-Bhumi 4.
  3. Ekavokara-Bhumi: Makhluk yang tumimbal lahir dengan disertai Khanda 1 (Rupa-Khanda), yaitu makhluk yang berada dalam Asannasatta-Bhumi 1.

Pembagian berdasarkan Sanna ada 3 bhava yaitu:
  1. Sanni-Bhava: Makhluk yang mempunyai Nama-khanda, maksudnya adalah makhluk yang mempunnyai Citta dan Cetasika, yaitu makhluk yang berada dalam Kamma-Bhumi11, Rupa-Bhumi 15 (tidak termasuk Asannsata Bhumi) dan Arupa Bhumi (tidak termasuk Nevasanna-yatana Bhumi.
  2. Asani-Bhumi: Makhluk yang tidak mempunyai Nama-Khanda, maksudnya adalah makhluk yang tidak mempunyai Citta dan Cetasika, yaitu makhluk Asannasata.
  3. Nevasanninasanni-Bhava: Makhluk yang tidak mempunyai Sanna secara jelas, yang ada hanyalah Sanna yang sangat halus sekali dan sulit dirasakan, sehingga tidak tepat bila makhluk ini disebut sebagai makhluk yang mempunyai Nama-Khanda ataupun tidak mempunyai Nama-Khanda.

Demikianlah sedikit uraian mengenai Bhava (proses penjadian) dalam paticcasamuppada, pada intinya untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi kita harus terlebih dahulu harus mengetahi sebab terdekatnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah untuk dapat memahami mengenai hukum paticcasamuppada ini khususnya Bhava sebagai faktor kesepuluh dalam 12 mata rantai paticcasamuppada, hendaknya kita juga harus memahami tentang Citta, Cetasika, dan juga tentang 31 alam kehidupan. Setelah kita benar-benar mengerti tentang beberapa hal tersebut maka kita juga akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami tentang hukum sebab musabab yang saling bergantungan (Paticcasamuppada) karena dari beberapa hal yang terdapat dalam paticcasamuppada masih memunyai kaitan atau hubungan yang sangat erat dengan Citta, Cetasika, maupun dengan 31 alam kehidupan.



Kritik dan saran dari para pembaca sangat dibutuhkan, guna menyempurnakan proses belajar saya dalam pembuatan blog ini agar kedepannya saya bisa menyajikan berbagai materi yang berkaitan dengan Buddhisme yang lebih lengkap, tajam, terpercaya dan dapat meyakinkan para pembaca untuk lebih yakin terhadap agama Buddha. Atas partisipasi dan keikhlasan para pembaca saya ucapkan terima kasih 
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar